16 Maret 2023
“Ketergantungan kita akan impor, baik bahan baku obat atau alat kesehatan perlahan-lahan harus kita kurangi. Sebagai bagian dari dukungan kepada pemerintah, Kalbe terus berinovasi untuk dapat memproduksi obat dan alat kesehatan dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang tinggi sesuai standar yang ditetapkan pemerintah,” ujar Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, dalam agenda Seminar Nasional Dukung Ketahanan Industri Kesehatan Nasional, Kalbe Kembangkan Produk Benang Bedah.
Berdasarkan data Kemenkes, jumlah izin edar alkes dalam negeri tahun 2022 meningkat 2,3 kali lipat dibandingkan tahun 2019, yakni sebanyak 5.427 pada 2019, menjadi 12.524 pada tahun 2022. Kemudian, transaksi alkes dalam negeri di e-catalogue tahun 2022 meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan tahun 2019-2021. Tahun 2019-2021 sebanyak 12 persen, sedangkan tahun 2022 sebanyak 30 persen.
“Kami berupaya dengan terus melakukan monitoring dan mengkaji penggunaannya, serta ada keputusan Menteri Kesehatan supaya menggunakan produksi dalam negeri. Kami melakukan berbagai kegiatan business matching setahun delapan kali, kami ingin melakukan pemahaman kepada para user, baik itu kualitas, bagaimana penggunaannya, dan bagaimana post marketing service-nya,” tutur Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Dra. Lucia Rizka Andalucia.
Kementerian Perindustrian RI juga secara proaktif mendorong pelaksanaan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Kementerian Perindustrian melakukan strategi dalam pengembangan industri alat kesehatan, yakni menyederhanakan sistem dan proses perizinan, sistem data dan informasi terintegrasi industri alkes, penggunaan produk dalam negeri melalui e-catalogue, mendorong dan mengembangkan R&D alkes, serta memfasilitasi pengembangan industri alkes.
“Industri farmasi nasional saat ini telah menguasai supply produk obat sekitar 89 persen secara volume, dengan kapasitas produksi yang masih idle sekitar 35 persen. Namun, lebih besar dari 90 persen bahan baku obat (aktif dan penolong) yang digunakan oleh industri farmasi nasional masih diimpor. Beberapa obat yang masih perlu diimpor diantaranya obat-obat yang masih dalam masa paten, berbagai jenis produk biologi, dan obat-obat dengan bentuk dosis yang spesifik seperti aerosol inhaler, atau pen insulin,” papar Staf Ahli Menteri, Kementerian Perindustrian RI, Andi Rizaldi.
Sementara itu, peran perbankan dalam mendukung industri kesehatan saat ini masih sangat minimal dan perlu terus ditingkatkan. Sebab, mengingat industri kesehatan sangat dibutuhkan masyarakat luas. “LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) turut serta mendukung agar kondisi perbankan yang sehat dapat terus mendukung industri kesehatan yang akhirnya kembali berdampak kepada perekonomian negara,” kata Anggota Dewan Komisioner/ Kepala Eksekutif LPS, Lana Soelistianingsih.
“Pak Presiden Jokowi sudah memberikan arahan pada Pembukaan Temu Bisnis 15 Maret kemarin, bahwa 95 persen dari pagu anggaran barang dan jasa harus dibelikan produk-produk dalam negeri. Saat ini masih ada 15.4 T produk impor di alkes dan 3,42 T produk impor obat yang masih perlu menjadi perhatian kita untuk bisa dialihkan ke produk dalam negeri,” imbuh Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Odo R.M.Manuhutu.
Seiring dengan arahan Presiden Joko Widodo, PT Kalbe Farma Tbk turut berkontribusi dalam komitmen menyehatkan bangsa dengan terus berinovasi. Inovasi R&D dan alih teknologi Kalbe dengan kolaborasi multi-parties, serta meningkatkan kompetensi SDM dan produksi melalui alih teknologi dan investasi di Indonesia. Kalbe pun mendukung produksi alkes dalam negeri dengan local content melalui produk benang bedah.
“Kalbe melalui anak usaha PT Kalbio Global Medika sudah produksi bahan baku obat biologi untuk pengobatan anemia, kanker, diabetes, dan lainnya; PT Global Oncolab Farmasudah produksi obat kanker; PT Finusol Primasudah produksi obat cairan infus; PT Forsta Kalmedic Global sudah produksi benang bedah (surgical suture) dan sedang mempersiapkan produksi bahan habis pakai (consumable) lainnya,” jelas Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius.
“Sebagai bagian dari dukungan untuk kemandirian kesehatan khususnya alat kesehatan di Indonesia, Kalbe melalui anak usaha PT Forsta Kalmedic Global telah mengembangkan teknologi surgical suture atau benang bedah dan memproduksinya di dalam negeri dengan TKDN lebih dari 40 persen, akan ditingkatkan di atas 60 persen. Saat ini, Forsta telah mendapatkan sertifikat produksi, sertifikat CPAKB (Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik), sertifikat ISO 13485, dan sertifikat halal,” tutup Vidjongtius.
Produksi komersial benang bedah Elva telah tersedia sejak Desember 2021 dengan produk pertama Elvalene, benang bedah sintetis polypropylene yang tidak dapat diserap. Pada tahun 2022, Elvalene telah terdaftar di e-catalogue dan telah diujicobakan di beberapa rumah sakit pendidikan di Pulau Jawa. Saat ini, portofolio benang yang lebih lengkap sudah tersedia oleh Forsta, baik itu sintetik maupun natural, meliputi Elvadio, Elvacryl, Elvamono, Elvarapid, Elvachromic, dan Elvaplain.